Saturday, December 11, 2021

Motivasi kata "Melangkah untuk Kembali"

 Ditulis oleh, Aulia Nadia Febriana


Melangkah... bukan untuk pergi lagi. Namun, untuk kembali menata diri, yang sempat lari dari Sang Pemilik Hati.

Mungkin saat ini ada hujan lebat yang menerpa, tetapi akan ada pelangi yang mewarnai setelahnya.

 

Kehidupan memang tidak pernah lepas dari permasalahan. Derapan langkah yang kita tempuh pada takdir-Nya, membawa kita menjadi insan yang harus siap dengan segala konsekuensinya, dalam menghadapi dunia yang tak sempurna. Manusia berlomba-lomba mengarungi jalan kehidupan, yang memaksa tegar untuk masa depan gemilang.

Jalan hidup tak selalu mulus dan tak selalu lurus, ada kalanya kita berbelok, namun bukan untuk berbalik arah. Ada kalanya kita terseok durinya, tersandung kerikilnya, dan terkadang batu besar menghadang jalan kita. Namun, ada banyak pilihan untuk kita bisa melewatinya, dengan tetap melangkah atau menyerah? Ketika duri itu membuat sakit maka cabutlah, ketika kerikil itu membuatmu tersandung lalu jatuh maka bangkitlah, ketika jalanmu tertutup oleh batu besar maka singkirkanlah.

Namun, masih banyak yang menghadapi persoalan ini dengan cara yang salah, manusia merasa semua itu adalah titik terendah dalam hidupnya. Padahal, tanpa kita sadari ada yang jauh lebih mengerikan dari pada permasalahan itu sendiri. Yaitu, ketika kita lebih banyak menangis karena manusia dari pada akan dosa-dosanya, lebih banyak memikirkan dunia dari pada muhasabah diri akan amalnya, ia yang lebih terpaut pada urusan yang fana dari pada urusan yang kekal selamanya (akhirat) dan ia yang menjatuhkan harapan kepada selain-Nya, yang didapat hanyalah ketidakpastian yang menoreh luka, sehingga hatinya kosong dan jauh dari cinta-Nya.

Masalah... Jangan sampai kita salah dalam menghadapinya. Banyak dari kita yang tidak sadar, bahwa dengan adanya ia (masalah) seharusnya menjadikan kita lebih dekat dengan-Nya, bukan malah lari dan menjauh dari-Nya. Jangan sampai kita terlalu sibuk bergelut dalam diri seorang diri saja, menjadikan kita lupa melibatkan-Nya dalam setiap langkah sehingga lari menuju perjalanan yang salah. Ujian baru saja akan dimulai, namun kita sudah lari terbirit-birit mencari pelarian yang membuat diri ini lalai. Naudzubillah

Padahal, waktu-waktu inilah seharusnya kita lebih dekat dengan-Nya, berdoa serta memohon ampunan-Nya, bukan hanya saat sedih kau bersimpuh di hadapan-Nya, namun libatkanlah Allah dalam setiap episode perjalanan hidup yang kita tempuh.

Setiap orang mempunyai masalahnya masing-masing dan tentu dengan penyelesaian yang berbeda. Inilah titik terendahku, ketika aku jauh dari Sang Maha Cinta. Namun, ketika aku kembali pada-Nya, aku menemukan titik terang, di mana aku merasa tenang dan aman atas segala takdir yang telah Allah tetapkan.

Bagaimana mungkin kuhabiskan hari-hariku tanpa-Nya? Menjalani kehidupan dengan tanpa melibatkan-Nya? Sedangkan Ia-lah Sang Gantungan Segala Hidup dengan rasa sayang-Nya yang tak pernah hilang untuk setiap hamba-Nya. Banyak yang terpuruk karena beban hidup yang teramat berat, namun apakah ada yang jauh lebih pedih dari pada hati yang kosong tanpa-Nya?

"Petik hikmah dari setiap perjalanan musim kemarau dan musim hujan dalam setiap episode kehidupan. Nyatanya ialah yang membuat kita pada titik di mana kita akan bisa mengahadapi semua menuju musim semi yang merekah sangat indah."


Bionarasi:

Aulia Nadia Febriana, kelahiran Brebes, 04 Februari 2004. Bertempat tinggal di Bumiayu Brebes, Jawa Tengah. Merangkai kata dan menggambar seringkali ia lakukan baik dalam mengisi waktu luangnya, berharap karya dan tulisannya menginspirasi dan bermanfaat bagi sesama.


No comments:

Post a Comment

Quote Tentang Ikhlas

1.     “Sejatinya, Ikhlas adalah rela menerima, bukan hanya dalam satu keadaan namun setiap kenyataan yang di luar dari rancangan.” (Andi Tr...